📋 Cara Menghitung Bagi Hasil dengan Investor di Usaha Kecil
Takut rumit bagi hasil dengan investor? Tenang! Artikel ini pandu Anda hitung bagi hasil yang adil & menguntungkan. #UsahaKecil #Investor #BagiHasil
Bagi hasil itu cara yang sering digunakan pemilik usaha kecil untuk mendapat bantuan tenaga kerja. Biarpun modal kecil, dengan bagi hasil kerja sama masih bisa berjalan. Yang penting adalah jika hasil usaha bagus, kita sama-sama untung. Ini membantu usaha kecil untuk tumbuh dan memberi kesempatan bagi yang membantu mendapat penghasilan.
Selain itu, hitungan bagi hasil juga penting dilakukan dengan adil. Misalnya 70% untuk pemilik usaha dan 30% untuk yang membantu. Atau bisa saja 50:50. Yang jelas keduanya harus merasa diuntungkan agar kerjasama berjalan lama. Kadang bagi hasil 80:20 juga oke asal semua puas. Yang terpenting, jangan sampai ada yang dirugikan.
Nah pada artikel ini, saya akan menjelaskan lebih lanjut bagaimana manfaat bagi hasil untuk usaha kecil dan bagaimana menghitung bagi hasil yang adil bagi semua pihak. Semoga dengan begitu kita semua paham bagaimana cara meningkatkan keuntungan usaha tanpa merugikan orang lain. Ayo simak terus artikelnya!
Jenis-jenis Bagi Hasil
Pertama, bagi hasil berdasarkan laba bersih. Caranya adalah setelah mendapatkan keuntungan bersih, baru keuntungan tersebut akan dibagi antara pemilik usaha dan yang membantu menurut persentase yang disepakati. Kelebihannya, lebih adil karena melihat keuntungan sesungguhnya. Contohnya, X membuka kedai dan bekerja sama dengan Y dengan bagi hasil 60:40 dari laba bersih perbulannya.
Kedua, bagi hasil berdasarkan pendapatan. Caranya, setelah mendapatkan total pendapatan, baru akan dibagi sesuai persentase. Kelebihannya mudah dihitung. Tapi kekurangannya bisa tidak adil jika biaya operasional besar. Misal X membuka les privat dengan Y dengan bagi hasil 50:50 dari total pemasukan perbulan, tanpa melihat biaya sewa, gaji pembantu, atau Alat pembelajaran.
Terakhir, bagi hasil kombinasi laba dan pendapatan. Misalnya 70% dari laba dan 30% dari pendapatan. Atau sebaliknya. Dengan kombinasi, diharapkan hasil bagiannya bisa lebih adil meski agak rumit dihitung. Contohnya X membuka klinik bersama Y dengan bagi hasil 60% laba dan 40% pendapatan.
Oke, lanjut ke paragraf berikutnya ya kawan!
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perhitungan Bagi Hasil
Pertama, soal modal. Biasanya pemilik usaha lah yang menanggung modal utama seperti uang muka, peralatan, stok dll. Kalau bagi hasil laba, si pemilik modal berisiko modalnya tidak kembali. Tapi kalau bagi hasil pendapata, meski modal besar risikonya kecil soal modal karna dapat profit dari awal.
Kedua, mengenai risiko. Biasanya pemilik usaha lebih besar risikonya karena modalnya lebih besar. Tapi kalau berdasarkan laba, risiko bagi hasil menjadi lebih adil. Namun, kadang keinginan laba besar jadi tantangan tersendiri.
Ketiga, soal kontribusi dan peran. Kalaupun modal pemilik usaha besar, tapi tanpa kerja kerjas sama pihak lain, bisnis tidak akan jalan. Kekurangan bagi hasil laba adalah kontribusi sulit diukur.
Terakhir, mengenai keuntungan. Tentu semua harapannya sama yakni untung besar dan lama. Tapi kalau bagi hasil pendapatan, keuntungan bisa tidak setara kalau biaya besar.
Hmm jadi masing-masing jenis ada kelebihan dan kekurangannya ya..
Cara Menghitung Bagi Hasil
Pertama, bagi hasil berdasarkan laba bersih. Caranya setelah usaha mendapatkan keuntungan bersih, baru keuntungan itu akan dibagi menurut persentase yang disepakati pemilik usaha dan rekan kerjanya. Misalnya, Eko membuka warung bersama Fandi dengan target laba setiap bulannya Rp5 juta. Nah, setelah mendapat keuntungan bersih Rp5 juta, Eko sebagai pemilik usaha mendapat 70% yaitu Rp3,5juta, sedangkan Fandi yang membantu mendapat 30% yaitu Rp1,5juta. Keuntungannya, sistem ini paling adil karena melihat keuntungan asli usaha. Tapi hitungan laba lebih rumit.
Kedua, bagi hasil berdasarkan pendapatan. Caranya setelah mendapatkan total omzet atau pendapatan kotor, bagi hasilnya akan didasarkan pada persentase yang disepakati. Contohnya, Della dan Indah membuka toko online dengan target pendapatan Rp100 juta per bulan. Setelah mendapatkan pendapatan kotor Rp100 juta, Della sebagai pemilik usaha mendapat 60% yaitu Rp60juta, sedangkan Indah yang membantu mendapat 40% yaitu Rp40juta. Keuntungannya mudah dihitung tapi kadang tidak adil karena belum melihat biaya usaha.
Terakhir ada bagi hasil kombinasi laba dan pendapatan. Misalnya, Galih dan Roy membuka warung bersama dengan target laba bersih Rp2 juta dan pendapatan kotor Rp10 juta. Maka bagi hasilnya 50% dari laba (Rp2 juta x 50% = Rp1 juta) dan 30% dari pendapatan (Rp10 juta x 30% = Rp3 juta). Dengan kombinasi ini diharapkan hasil bagiannya lebih adil bagi kedua belah pihak.
Kurang jelas? kita jabarkan ya
Bagi hasil berdasarkan laba bersih:
Misalkan Arya membuka warung bersama Budi. Target laba per bulannya Rp2 juta.
- Pendapatan kotor bulan ini Rp10 juta
- Biaya operasional Rp6 juta (sewa, gaji, listrik)
- Jadi laba kotor Rp10 juta - Rp6 juta = Rp4 juta
- Bagi hasil 70% pemilik usaha, 30% rekan
- Arya dapat 70% dari Rp2 juta (= laba target) = Rp1,4 juta
- Budi dapat 30% dari Rp2 juta = Rp600 ribu
Bagi hasil berdasarkan pendapatan:
Misalkan Candra membuka klinik bersama Dika. Target pendapatan Rp15 juta
- Pendapatan kotor bulan ini Rp15 juta
- Bagi hasil 60% pemilik usaha, 40% rekan
- Candra dapat 60% dari Rp15 juta = Rp9 juta
- Dika dapat 40% dari Rp15 juta = Rp6 juta
Bagi hasil kombinasi:
Misalkan Eka dan Feri membuka les dengan target laba Rp1 juta dan pendapatan Rp5 juta
- Laba Rp1 juta, bagi hasil Eka 60%, Feri 40%
- Eka dapat 60% dari Rp1 juta = Rp600 ribu
- Feri dapat 40% dari Rp1 juta = Rp400 ribu
- Pendapatan Rp5 juta, bagi hasil Eka 50%, Feri 50%
- Eka dapat 50% dari Rp5 juta = Rp2,5 juta
- Feri dapat 50% dari Rp5 juta = Rp2,5 juta
Gimana teman? Semoga contoh perhitungannya lebih jelas ya 😊
Tips Sukses Menentukan Bagi Hasil
Pertama, lakukan riset dan analisis terlebih dahulu sebelum menentukan persentase bagi hasil. Ketahui berapa keuntungan rata-rata di bidang usaha tersebut supaya tahu berapa yang masuk akal.
Kedua, komunikasikan ekspektasi dan kontribusi masing-masing pihak sejelas mungkin. Jelaskan target keuntungan, porsi kerja, serta konsekuensi jika gagal meraih target. Ini penting untuk menghindari salah paham nantinya.
Selanjutnya, buatlah perjanjian tertulis yang legal yang berisi syarat dan ketentuan kerjasama bersama saksi. Jadikan ini acuan bersama untuk mencegah pertengkaran.
Terakhir, pertimbangkan kebutuhan di masa yang akan datang. Bisa saja suatu saat porsi kerja berubah. Atau bisnisnya berkembang. Perjanjian harus fleksibel mengikuti perubahan situasi.
FAQ Seputar Bagi Hasil
Bagaimana cara memilih jenis bagi hasil yang tepat?
Jawaban: Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan dalam memilih jenis bagi hasil antara lain:
- Skala usaha (modal, omzet, biaya)
- Sifat bisnis (layanan, produk, kombinasi)
- Kontribusi dan risiko masing-masing pihak
- Kemampuan dalam mencatat dan menghitung laba
- Kebutuhan akan keadilan dan kepastian bagi hasil
Biasanya bagi usaha kecil dengan bisnis produk, lebih mudah menggunakan bagi hasil pendapatan. Sedangkan bisnis jasa atau yang membutuhkan akuntabilitas laba, lebih tepat menggunakan bagi hasil laba atau kombinasi.
Bagaimana jika ada perselisihan mengenai bagi hasil?
Jawaban: Jika terjadi perselisihan mengenai bagi hasil, langkah yang dapat dilakukan antara lain:
- Bicarakan dengan kepala dingin untuk mencari titik temu
- Lakukan mediasi dengan pihak ketiga untuk menyelesaikan masalah
- Jika tidak terselesaikan, baru didiskusikan lewat jalur hukum dengan melibatkan perjanjian bagi hasil yang pernah dibuat
- Pilih salah satu pihak untuk keluar dari kerjasama agar tidak menghambat jalannya usaha
- Ubah atau non-aktifkan perjanjian bagi hasil yang ada
Apa saja dokumen yang diperlukan untuk perjanjian bagi hasil?
Jawaban: Dokumen utama yang dibutuhkan dalam perjanjian bagi hasil adalah:
- Identitas para pihak
- Jenis usaha dan cakupan kerjasama
- Durasi perjanjian
- Porsi bagi hasil masing-masing pihak
- Syarat dan ketentuan kerjasama
- Konsekuensi pelanggaran perjanjian
- Mekanisme resolusi perselisihan
- Tanda tangan dan cap perusahaan para pihak
- Klausul perubahan perjanjian di kemudian hari
Kesimpulan
Selain itu, pembuatan perjanjian secara tertulis perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya salah paham dan pertengkaran di kemudian hari. Perjanjian ini harus disepakati dan disaksikan untuk menjamin keabsahannya.
Walaupun artikel ini telah menjelaskan prinsip bagi hasil secara umum, tidak menutup kemungkinan terdapat hal-hal khusus yang perlu diperhatikan untuk bisnis Anda. Oleh karena itu saya sarankan untuk berkonsultasi dengan ahli hukum atau akuntan guna mendapatkan saran dan rekomendasi penerapan bagi hasil yang paling tepat. Semoga artikel ini bermanfaat dan menambah wawasan kita semua.